Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Jendela Menuju Senjamu

Jendela Menuju Senjamu

Ada beberapa waktu yang kita lewati bersama sedari pagi namun tak pernah menyentuh senja. Tak sampai menggelitik ufuk barat yang mewarna saga. Seperti tak pernah belajar kalau senja adalah fitrah dari perputaran bumi pada porosnya. Lalu kita, dengan polosnya bersembunyi dari siang. Lalu kapan lagi kita menikmati setiap rindu yang tersaji hanya di terik mentari.

Lalu kita kembali menunggu pagi dengan melangkahi senja. Tapi kita baru saja terbangun dari mimpi terburuk, perpisahan. Untungnya pagi masih tetap bersahabat dengan mengirimkan beburung menyampaikan kekicau lewat celah jendela. Mengabarkan pagi lewat dingin embun yang perlahan menyisip di antara atap-atap rumah. Dengan malas kita bangun menyambut nyanyian parau ayam tetangga.

Ada hal-hal yang memang kadang aku tak mengerti tapi kenapa harus aku terima? Ini jalan berkerikil yang harusnya tak kutempuh. Cinta sejati itu memberi sayap-sayap, menyediakan bahu sebagai landasan terbang. Lalu kenapa kau tak pernah kembali sebelum senja? Selalu saja menunggu gelap baru kau pulang, tak pernah lelah bertualang. Tapi ada pula cinta seperti belenggu yang tak rela membiarkan terbang, harus berkubang di lumpur yang sama.

Kau tak sadar kalau akulah petualangan tersulitmu. Hatiku tak pernah bisa kau taklukkan. Tubuhku tak pernah kau daki hingga puncaknya. Berdiri di sini saja. Injak kepalaku dan tatap dunia yang tak pernah kau lihat sebelumnya.

Aku lupa ini senja yang keberapa yang tak sempat kita lalui bersama!


Open Comments

2 comments for "Jendela Menuju Senjamu"

obat penyakit jantung 22 November 2013 at 11:14 Delete Comment
cukup menarik sekali...
obat penyakit jantung 22 November 2013 at 11:15 Delete Comment
saya suka..sukses saja....