Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
menikmati bulir kebahagiaan

menikmati bulir kebahagiaan

menikmati bulir kebahagiaan
biasanya harus dengan bismillah
agar tak lupa
semalanm aku lupa mengucap salam
bibirku kering tanpa wangi
jangan ambil dengan paksa
aku lelaki
bisa berbisa
tak perlu kau berkalam
yang Dia mau hanya kita menyulam
menjahit,melukis,merajut
siapa tahu dapat honor
agar lidah kembali basah
sudah lama cinta ini kukumandangkan
selayak azan subuh yang hening
sengaja kupilih jalur ini
tikar ini tak pernah ku gulung
karena esok masih iktikaf disini
tercenung
ataukah merenungi?
yang pasti hanya diam
menyimpan ludah
sembahyang berjamaah di ujung panah
lantai ini juga kusapu tiap pagi
agar terlihat ikhlas
dia tahu
ibu?
jangan tanya padaku
ah... wajah-wajah lacur
perangai culas membentur langkah
kemana kumaki
sedang di tangan masih terselip tasbih
selepas subuh
harap cuma sinonim impi
kau mungkin masih ingat
nama taman yang Dia janjikan
tak perlu dengan tangan melipat jemari kesana
hanya mulut yang berpeluh untai zikir
tak usah membasuh luka
penggalan kepala lebih bermakna
bila saja Badar dan Khandak masih ada
aku memilih laundry saja
mungkin lebih bermakna
daripada menghitamkan jidat
aku mencucinya
lebih baik dengan air mata,peluh
karna perjuangan bukan untuk penghargaan
perjuangan tidak demi
perjuangan bukan untuk
ia sendiri,mencuci sendiri tanpa gaji
seabab,sekerat emas dapat kugenggam
dari hasil menyulam,menjahit
merajut dan atau bahkan melukis
masih pantas aku memaki(?)
merutuk di dalam musholla
setelah tangan dibasahi dengan api
mari makan!
hidangan tahunan
Open Comments

Post a Comment for "menikmati bulir kebahagiaan"